Rabu, 24 November 2010

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Nama : Octaviani Palantupen
NPM : 10207832
Kelas : 4EA03
Mata Kuliah : Etika Bisnis

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Setiap perusahaan yang ada memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu topik etika bisnis yang banyak dibahas. Suatu perusahaan pasti memiliki tanggung jawab, tanggung jawab legal yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang tidak mungkin diragukan lagi karena perusahaan merupakan badan hokum yang memiliki hak dan kewajiban yang juga dimiliki oleh manusi, perusahaan harus menaati peraturan hukum dan memenuhi hukumannya.
Dalam hal ini perusahaan harus juga mempunyai tanggung jawab moral, untuk memiliki tanggung jawab moral perusahaan harus memiliki status moral atau dengan kata lain perlu memiliki pelaku moral. Pelaku moral dapat melakukan perbuatan yang dapat dinilai etis atau tidak etis. Maka dari itu, salah satu syarat yang penting bagi perusahaan adalah memiliki kebebasan atau kesanggupan dalam mengambil keputusan secara bebas.
Ada tiga syarat penting yang dapat dilihat dari tanggung jawab moral, syarat pertama yaitu, bahwa tindakan yang dijalankan oleh pribadi yang rasional, pribadi yang memiliki kamampuan akal budi yang sudah matang dan berfungsi secara normal, dan memahami dengan baik apa yang dilakukannya. Syarat kedua, tanggung jawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang atas tindakannya, jika tindakan yang dilakukan secaara bebas. Syarat ketiga adalah bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan kemauan orang tersebut, dimana ia sendiri bersedia dan mau melakukan tindakan tersebut.
Yang dimaksudkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawb moral perusahaan dapat diarahkan kepada benyak hal seperti diri sendiri, kepada para karyawan, perusahaan lain dan sebagainya.
Tanggung jawab sosial perusahaan disini lebih kepada tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dimana perusahaan menjalankan kegiatannya. Menurut Milton Friedman professor emeritus dari Universitas Chicago (1912-) dalam bukunya yang berjudul The social responsibility of business is to increase its profits yang dimuat dalam New York Times Magazine, 13 September 1970, bahwa satu-satunya tanggung jawab perusahaan adalah meningkatkan keuntungan sampai menjadi sebesar mungkin. Tanggung jawab ini diletakkan ditangan para manajer. Dimana manajer tidak mempunyai tujuan lain selain tugasnya untuk menghasilkan keuntungan sebesar mungkin untuk perusahaan.
Dengan demikian, perusahaan dituntut untuk tetap bersikap tanggap, peduli, dan bertanggung jawab atas hak dan kepentingan pihak lainnya, karena perusahaan merupakan bagian dari masyarakat yang lebih luas, perlu memikirkan sesuatu yang dpat membantu kepentingan masyarakat, karena manusia tidak dapat hidup tanpa membutuhkan bantuan dari orang lain. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat diharapkan dapat membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, jadi tanggung jawab moral perusahaan dengan ikut dalam kegiatan tertentu dapat berguna bagi masyarakat.
Selain itu tanggung jawab perusahaan juga mengharapkan keuntungan ekonomis, yaitu mendapatkan keuntungan sebesar mungkin unutk perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan secara ekonomis dan moral, dinilai berdasarkan lingkup tanggung jawab sosialnya. Peraturan hukum yang ada pada masyarakat juga merupakan tanggung jawab perusahaan dalam memenuhinya. Termasuk meghormati kepentingan dan hak dari pihak-pihak lain yag terkait dan memiliki kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan bisnis yang dijalankan suatu perusahaan.

Sumber :
1. Bertens, K., Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta, Kanisius, 2000.
2. Keraf, Sonny., Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta, Kanisius, setakan ke-9, 1998.

Senin, 22 November 2010

RISET PEMASARAN

Nama : Octaviani P.
NPM : 10207832
Tugas : Riset Pemasaran


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TOKO KELONTONG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toko atau industri Ritel yang biasa dijumpai saat ini semakin tumbuh pesat, hal ini merupakan hasil dari peningkatan produsi kemasan yang ditata dan dikemas dalam tampilan yang menarik. Peluang inilah yang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membangun jaringan toko dengan usaha dan modal usaha sendiri.
Semakin meningkatnya dan majunya teknologi pada sekarang ini membuat sesuatu hal baru menjadi mudah ditiru orang lain, sehingga peranan pelayanan konsumen menjadi penting. Melihat banyaknya keinginan akan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen, sehingga membuat para pelaku usaha berusaha untuk memenuhinya.
Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen akan sutu tempat yang memenuhi kebutuhannya sangatlah penting, berdasarkan uraian diatas, penulis mengambil judul penelitian “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TOKO KELONTONG.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap toko kelontong ?

1.2 Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah pada faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap toko kelontong. Dimana objek yang diteliti disini adalah konsumen Peumahan Beji Permai yang berbelanja ditoko kelontong Tanah Baru, Depok dengan membagikan kuesioner pada tiap konsumen yang menjadi pelanggan tetap toko “Gross”.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap toko kelontong.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Menejemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah analisis perencanaan, penerapan dan pengendalian terhadap program yang dirancang untuk menciptakan atau membangun dan mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan–tujuan organisasi. (Irawan 1996:15).
Manajemen Pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan target pembeli untuk tujuan mencapai obyektif organisasi. (Philip kotler 1997:13).

2.2 Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi, maka semakin berkembang juga strategi pemasaran yang harus dilakukan suatu perusahaan dibidang pemasaran. Dalam hal ini perusahaan diharapkan memahami dan mengerti mengenai perilaku konsumen yang berhubungan dengan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Konsumen selalu melakukan berbagai pertimbangan dalam menentukan jenis produk dan jasa yang dibutuhkan, hal ini berhubungan dengan perilaku konsumen.
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Sedangkan pengertian perilaku konsumen menurut Dharmmesta dan Handoko, 2000 : 10, Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa (under what condition) barang-barang dan jasa-jasa dibeli. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran perlu didukung pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen, karena dengan memahami perilaku konsumen perusahaan dapat merancang apa saja yang diinginkan konsumen.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
1. Faktor-Faktor Kebudayaan
a. Budaya
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar.
b. Sub Budaya
Sub budaya merupakan kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisassi yang khas untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu, kelompok kebangsaan, keagamaan, ras dan wilayah geografis.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok cenderung memiliki nilai minat dan tingkah laku yang sama.
2. Faktor-Faktor Sosial
a. Kelompok Referensi
Kelompok Referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
b. Keluarga
Anggota keluarga dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli.
c. Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum oleh mesyarakat.

3. Faktor-Faktor Pribadi
a. Usia
Pembelian dan selera seseorang dapat berubah-ubah berhubungan dengan usianya.
b. Pekerjaan
Dengan adanya suatu pekerja, suatu perusahaan dapat memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan tertentu.
c. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk.
d. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup yang turut menentukan perilaku pembelian.
e. Kepribadian dan Konsep diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang, sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.

4. Faktor-Faktor Psikologis
a. Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk mengarahkan seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu.
b. Persepsi
Persepsi adalah seseorang yang termotivasi untuk melakukan suatu perbuatan. Seseorang yang termotivasi dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.
c. Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan dalam perilaku seseorang individu, yang bersumber dari pengalaman. Perilaku individu diperoleh dangan mempelajarinya.
d. Kepercayaan dan Sikap
Melalui perbuatan dan belajar, seseorang memperoleh kepercayaan dan sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah laku pembelian.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Objek Penelitian
Objek yang digunakan oleh penulis adalah konsumen yang berbelanja dan menjadi pelanggan ditoko kelontong yang berada di Perumahan Beji Permai, Tanah Baru, Depok.

3.2 Data atau variabel yang digunakan
Penulis melakukan pengumpulan sumber data dengan menggunakan data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yang berupa kuesioner yang dibagikan kepada 50 orang responden konsumen yang berbelanja dan menjadi pelanggan ditoko kelontong yang berada di Perumahan Beji Permai, Tanah Baru, Depok.

3.3 Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Yaitu data yang secara langsung dikumpulkan dan didapatkan untuk kebutuhan riset atau penelitian yang berjalan.

a. Kuesioner
Dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 50 orang resonden pengguna IM3 dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap toko kelontong yang berbelanja dan menjadi pelanggan yang berada di Perumahan Beji Permai, Tanah Baru, Depok yang telah dibuat sebelumnya oleh penulis dan dibagikan secara acak kepada responden.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain atau data yang sudah tersedia dari sumber yang sudah ada dan diperoleh dari situs-situs publik.
a. Studi Kepustakaan
Yaitu penulis menggunakan studi kepustakaan yang bertujuan menghubungkan kebenaran teori dengan kenyataan yang dialami konsumen yang berbelanja dan menjadi pelanggan ditoko kelontong yang berada di Perumahan Beji Permai, Tanah Baru, Depok. Untuk menggali teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang relevan dengan topik penelitian.
2. Dengan membuka dan mencari melalui situs-situs internet yang erat hubunganya dengan penulisan ini.
3.4 Alat Analisis yang digunakan
3.4.1 Kuesioner
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan emberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden tentang pendapat mereka mengenai pengaruh merek, pelayanan operator, penayangan iklan, dan tarif, terhadap minat beli konsumen.

3.4.2 Skala Likert
Menurut Drs.Riduwan, M.B.A (2008:12) Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.
Rumus :





Bobot yang diberikan adalah :
Bobot 5 = Sangat Setuju
Bobot 4 = Setuju
Bobot 3 = Kurang Setuju
Bobot 2 = Tidak Setuju
Bobot 1= Sangat Tidak Setuju

3.4.3 Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independendengan variabel dependen . Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :


3.5 Metode Analisis
a. Uji Validitas
Uji Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian item-item pertanyaan dalam kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat.

b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang



BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian dan Analisis Pembahasan
4.1.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas
Analisis uji Validitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Uji validitas akan dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antar subjek pada item pertanyaan dengan skor test yang diperoleh dari hasil kuesioner, yaitu dengan mencari nilai koefisien korelasi (r) dari masing-masing pertanyaan dan dibandingkan dengan nilai kritik tabel korelasi. Bila r hitung > r tabel, maka pertanyaan / variabel tersebut adalah signifikan. Hal ini berarti bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki validitas konstrak, yaitu memiliki konsistensi internal yang berarti bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut mengukur aspek yang sama.
Analisis Uji Reabilitas digunakan untuk mengetahui konsistesi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tesebut diulang. Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya metode tes ulang, formula belah dua dari Spearman Brown, formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt. Dalam program SPSS sering digunakan penelitian mahasiswa adalah dengan menggunakan metode Alpha (Cronbanch’s). Metode Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbenuk skala (misal 1-4, 1-5) atau skor rentangan (misal 0-20, 0-50). Metode Alpha dapat juga digunakan pada skor dikotomi (0 dan 1) dan akan menghasilkan perhitungan yang setara dengan menggunakan metode KR-20 dan Anova Hoyt.


4.1.1.1 Hasil Analisis Validitas dan Reabilitas Keusioner untuk Variabel Budaya
Hasil uji validitas seperti terlihat pada tabel 4.2.2.1 di bawah ini :
Tabel 4.2.1.1
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 3.8000 .379 .614 .a
p2 3.9000 .411 .614 .a
Sumber : data diolah dengan SPSS

Dari tabel diatas diketahui nilai Corrected Item-Total Correlation untuk pertanyaan P1 dan P2 memiliki nilai > 0,444. Sehingga 2 pertanyaan tersebut yang telah diujikan adalah valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel budaya, sosial, pribadi, psikologis.
Dari test reabilitas diatas didapat nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,760 (Penghitungan SPSS untuk Validitas dan Reliabilitas X1 Merek tabel Reliability Statistics ) yang lebih besar dari 0,6, karena lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersebut adalah reliable.

4.1.1.2 Hasil Analisis Validitas dan Reabilitas Keusioner untuk Variabel Sosial

Hasil uji validitas seperti terlihat pada tabel 4.2.2.2 di bawah ini :

Tabel 4.2.1.2
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
p3 3.6000 .358 .216 .a
p6 3.6500 .239 .216 .a
Sumber : data diolah dengan SPSS

Dari tabel diatas diketahui nilai Corrected Item-Total Correlation untuk pertanyaan P3 dan P6 memiliki nilai < 0,444. Sehingga 2 pertanyaan tersebut yang telah diujikan adalah tidak valid dan tidak dapat digunakan untuk mengukur variabel budaya, sosial, pribadi, psikologis.
Dari test reabilitas diatas didapat nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,349 (Penghitungan SPSS untuk Validitas dan Reliabilitas X2 Pelayanan Operator, tabel Reliability Statistics ) yang lebih kecil dari 0,6, karena lebih kecil dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersebut adalah tidak reliable.

4.2.1.3 Hasil Analisis Validitas dan Reabilitas Keusioner untuk Variabel Pribadi

Hasil uji validitas seperti terlihat pada tabel 4.2.2.2 di bawah ini :
Tabel 4.2.1.3
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
p4 18.4500 2.366 .265 .470
p9 18.2500 2.408 .159 .527
p10 18.0000 2.421 .303 .457
p12 18.2000 2.484 .227 .487
p13 18.2500 1.882 .386 .395
p14 18.3500 2.345 .279 .463
Sumber : data diolah dengan SPSS

Dari tabel diatas diketahui nilai Corrected Item-Total Correltion untuk pertanyaan P4, P9, P10, P12, P13, dan P14 memiliki nilai < 0,444. Sehingga 6 pertanyaan tersebut yang telah diujikan adalah tidak valid dan tidak dapat digunakan untuk mengukur variabel budaya, sosial, pribadi, psikologis.
Dari test reabilitas diatas didapat nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,515 (Penghitungan SPSS untuk Validitas dan Reliabilitas X3 Penayangan Iklan, tabel Reliability Statistics ) yang lebih kecil dari 0,6, karena lebih kecil dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersebut adalah tidak reliable.

4.2.1.4 Hasil Analisis Validitas dan Reabilitas Keusioner untuk Variabel Psikologis
Hasil uji validitas seperti terlihat pada tabel 4.2.2.2 di bawah ini :
Tabel 4.2.1.4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
p5 11.3000 1.589 .262 .452
p7 11.0000 1.789 .385 .357
p8 11.6000 1.411 .426 .274
p11 11.2500 1.987 .121 .560
Sumber : data diolah dengan SPSS

Dari tabel diatas diketahui nilai Corrected Item-Total Correltion untuk pertanyaan P5, P7, P8, 8 dan P11 memiliki nilai < 0,444. Sehingga 4pertanyaan tersebut yang telah diujikan adalah tidak valid dan tidak dapat digunakan untuk mengukur variabel budaya, sosial, pribadi, psikologis.
Dari test reabilitas diatas didapat nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,493 (Penghitungan SPSS untuk Validitas dan Reliabilitas X4 Tarif, tabel Reliability Statistics ) yang lebih kecil dari 0,6, karena lebih kecil dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersebut adalah tidak reliable.

4.2 Analisis Deskriptif
a. Karakterstik responden
Setelah mendapat data yang dibutuhkan maka penulis akan menggambarkan hasil penelitiannya yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 50 responden konsumen yang berbelanja dan menjadi pelanggan ditoko kelontong yang berada di Perumahan Beji Permai, Tanah Baru, Depok. Untuk mengetahui seberapa besar kepuasan konsumen.
b. Jenis kelamin (Gender) dan Usia
Adapun pemilihan karakter pada penelitian ini adalah Jenis kelamin dan usia. Karakteristik responden setelah dilakukan penelitian yang dipilih secara acak adalah laki-laki 54 % dan perempuan 46% dengan rata-rata usia responden berkisar antara lain <19 tahun adalah 3 responden (%), antara 19-22 tahun adalah 40 responden (80%) dan >22 tahun adalah 7 responden (%). Data tersebut dapat dilihat dari tabel responden dibawah ini.
Gambar 4.2
Pembagian Jenis Kelamin dan Usia dalam Diagram Pie








4.3 Analisis Regresi Linear Berganda
a. Analisis Korelasi Ganda (R)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,.….Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2,.….Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
Hasil analisis Koefisien Korelasi Berganda terlihat pada tabel 4.3 dibawah ini :



Tabel 4.3
Koefisien korelasi berganda
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .583a .340 .282 .57916
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1
Sumber : data diolah dengan SPSS
Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka R sebesar 0,583. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang cukup kuat antara budaya, sosial, pribadi , dan psikologis secara bersama-sama secara positif terhadap kepuasan konsumen.
b. Analisis Determinasi (R2)
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2,.….Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi dependen.
Berdarsarkan tabel 4.3 diatas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,340 atau (34%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) terhadap variabel dependen (kepuasan konsumen) sebesar 34%. Sedangkan sisanya sebesar 66% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Adjusted R adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki kepuasan konsumen negatif.
c. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2,.….Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). hasil perhitungan regresi dengan SPSS terlihat pada tabel dibawah ini :


Tabel 4.3
Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .108 1.113 .097 .923
X1 -.631 .227 -.464 -2.776 .008
X2 -.122 .199 -.081 -.613 .543
X3 .741 .350 .351 2.116 .040
X4 .971 .305 .509 3.180 .003
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,108 – 0,631 (budaya) – 0,122 (sosial) + 0,741 (pribadi) + 0,971 (psikologis). Persamaan tersebut berarti Konstanta a = 0,108. Apabila variabel budaya, sosial, pribadi, dan psikologis diasumsikan konstan atau 0, maka pembentukan kepuasan konsumen pada toko kelontong sudah ada sebesar 0,108, sedangkan budaya, memiliki koefisien regresi sebesar -0,631 dan signifikan pada  = 5%, dan besarnya t hitung sebesar -2,776, karena signifikan (0,025) hasil diperoleh untuk t tabel adalah 2,014 maka, Ho ditolak secara parsial ada pengaruh budaya terhadap kepuasan konsumen dan Ha diterima secara parsial tidak ada pengaruh budaya terhadap kepuasan konsumen.
Untuk variabel soial memiliki koefisien regresi sebesar -0,122 dan signifikan pada =5%, dan besarnya t hitung sebesar -0,613, karena signifikan (0,025) hasil yang diperoleh untuk t tabel adalah sebesar 2,014 maka, Ho diterima secara parsial tidak ada pengaruh sosial terhadap kepuasan konsumen dan Ha ditolak secara parsial ada pengaruh sosial terhadap kepuasan konsumen.
Pada variabel pribadi memiliki koefisien regresi sebesar 0,741 dan signifikan pada =5%, dan besarnya t hitung sebesar 2,116, karena signifikan (0,025) hasil yang diperoleh untuk t tabel adalah 2,014 maka, Ho diterima secara parsial tidak ada pengaruh pribadi terhadap kepuasan konsumen dan Ha ditolak secara parsial ada pengaruh pribadi terhadap kepuasan konsumen.
Sedangkan untuk variabel psikologis memiliki koefisien regresi sebesar 0,971 dan signifikan pada =5%, dan besarnya t hitung sebesar 3,180, karena signifikan (0,025) hasil yang diperoleh untuk t tabel adalah 2,014 maka, Ho diterima secara parsial tidak ada pengaruh psikologis terhadap kepuasan konsumen dan Ha ditolak secara parsial ada pengaruh psikologis iklan terhadap kepuasan konsumen.
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat daerah penentu Ho pada variabel budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.
Gambar 4.3.1
Daerah Penentu Ho untuk Variabel Budaya



Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak



-2,776 -2,014 + 2,014
Keterangan :
Oleh karena nilai –t hitung > -t tabel (-2,776 < -2,014), maka Ho ditolak artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara budaya dengan kepuasan konsumen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial budaya ada pengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Gambar 4.3.2
Daerah Penentu Ho untuk Variabel Pelayanan Sosial


Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak




-2,014 -0,613 + 2,014
Keterangan :
Oleh karena nilai –t hitung < -t tabel (-0,613 > -2,014), maka Ho diterima artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara sosial dengan kepuasan konsumen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial tidak ada pengaruh sosial terhadap kepuasan konsumen.
Gambar 4.3.3
Daerah Penentu Ho untuk Variabel Pribadi

Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak




-2,014 +2,014 2,116
Keterangan :
Oleh karena nilai t hitung > t tabel (2,116 > 2,014), maka Ho diterima artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara pribadi dengan kepuasan konsumen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial tidak ada pengaruh pribadi terhadap kepuasan konsumen.

Gambar 4.3.4
Daerah Penentu Ho untuk Variabel Psikologis

Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak




-2,014 +2,014 3,180
Keterangan :
Oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,180 > 2,014), maka Ho diterima, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara Psikologis dengan kepuasan konsumen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial tidak ada pengaruh Psikologis terhadap kepuasan konsumen.


BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap toko kelontong adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis.

5.2 Saran
Setelah menarik kesimpulan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap toko kelontong, maka penulis memberi saran, toko kelontong yang ada bisa menambahkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap tokonya, seperti faktor harga dan tampilan menarik dari toko kelontong.

SUMBER:
http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2008/Artikel_11202721.pdf

Tugas Etika Bisnis

Nama : Octaviani P.
NPM : 10207832
Kelas : 4EA03
Mata Kuliah : Etika Bisnis

ETIKA BISNIS
Contoh Kasus Tentang Bisnis yang Tidak Beretika “Langgar Hak Paten, Ericsson Gugat Samsung”
Posted: February 17, 2010 by tayaa90 in article
0

Bab I
Pendahuluan
Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap sebagai hak monopoli.
Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 1).
Secara umum, ada tiga kategori besar mengenai subjek yang dapat dipatenkan: proses, mesin, dan barang yang diproduksi dan digunakan. Proses mencakup algoritma, metode bisnis, sebagian besar perangkat lunak (software), teknik medis, teknik olahraga dan semacamnya. Mesin mencakup alat dan aparatus. Barang yang diproduksi mencakup perangkat mekanik, perangkat elektronik dan komposisi materi seperti kimia, obat-obatan, DNA, RNA, dan sebagainya.
Raksasa perangkat jaringan mobile Ericsson melayangkan gugatan terhadap pembuat ponsel Samsung Electronics. Gugatan ini diajukan karena Samsung dituduh telah melanggar hak paten. “Kami sudah melayangkan gugatan hukum kepada Samsung terkait pelanggaran hak paten di Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Belanda,” kata Ase Lindskog, juru bicara Ericsson. Menurut Lindskog, pihaknya telah melakukan negosiasi besar dengan Samsung terkait pembaharuan lisensi. “Kesepakatan mereka dengan kami telah berakhir sejak 31 Desember tahun lalu,” ujarnya lagi. Masalahnya, Samsung masih memakai paten ponsel yang tidak berlisensi lagi. Ketika dikonfirmasi, juru bicara Samsung di Seoul masih enggan mengomentari masalah ini. Entah iri atau ingin menjatuhkan rival, yang jelas kasus pelanggaran paten dan perlawanan legal lainnya sudah sering bahkan biasa terjadi di sektor teknologi. Bisa jadi karena perusahaan telah menghabiskan banyak dana untuk penelitian dan pengembangan (R&D).
Selain Samsung, Ericsson juga pernah menggugat Qualcomm. Tahun lalu Ericsson pernah mengadu ke Uni Eropa karena Qualcomm dituduh telah ‘mencekik’ kompetisi di pasar chip ponsel. Kembali ke gugatan terhadap Samsung. Lindskog mengatakan beberapa paten teknologi yang digugat Ericsson kepada Samsung adalah GSM (Global System for Mobile Communications), GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution). “Ini adalah tindakan yang patut disayangkan, tetapi kami harus melindungi para pemegang saham dan investor kami karena kami sudah menginvestasikan banyak dana di R&D selama bertahun-tahun,” kata Lindskog.

Bab II
Pembahasan
Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap sebagai hak monopoli.
Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 1).
Secara umum, ada tiga kategori besar mengenai subjek yang dapat dipatenkan: proses, mesin, dan barang yang diproduksi dan digunakan. Proses mencakup algoritma, metode bisnis, sebagian besar perangkat lunak (software), teknik medis, teknik olahraga dan semacamnya. Mesin mencakup alat dan aparatus. Barang yang diproduksi mencakup perangkat mekanik, perangkat elektronik dan komposisi materi seperti kimia, obat-obatan, DNA, RNA, dan sebagainya.
Pelaksanaan hak lewat lisensi :
a. Pemegang hak paten dapat memberikan ijin melalui perjanjian lisensi kepada pihak lain untuk melaksanakan penemuannya. Isi perjanjian lisensi harus tidak menyimpang dari ketentuan dalam undang-undang paten.
b. Perjanjian lisensi sebagaimana diatas, dapat memuat hal-hal sebagai berikut :
• Hak-hak yang diberikan dalam lisensi (hak khusus/tidak khusus, dapat ditarik kembali atau tidak, hak atas dokumentasi atau tidak, dll)
• Jangka waktu lisensi (tidak terbatas atau terbatas, hak memperbarui dan jangka waktunya)
• Ruang lingkup lisensi (lisensi pada aspek apa, pengguna, unit, pengguna oleh pihak ketiga/anak perusahaan, hak untuk merubah penemuan, larangan penggunaan)
• Pembatasan pengalihan dan sublisensi (biasanya lisensi tidak boleh dialihkan, disublisensikan, dll; biasanya licensee tidak boleh menggunakan penemuan untuk kepentingan pihak dilluar perjanjian, pembatasan penggunaan pada lokasi tertentu)
• Pemilikan atas penemuan (menyatakan pemilikan llicensor atas seluruh hak, hak cipta, hak merek, dll dalam penggunaan, penemuan dan dokumen terkait; pengakuan akan rahasia dagang; pembatasan akses bagi pihak lain; pemilikan merupakan representasi licensor atau penemuan; masalah pemilikan dalam kaitan dengan modifikasi)
• Syarat pembayaran (jadwal pembayaran, keterlambatan, pengiriman barang, penjualan, penggunaan, pajak, dll)
• Prosedur penerimaan (hak untuk menguji pada periode waktu yang ditentukan, hak untuk menolak)
• Pelatihan (skopa pelatihan yang disediakan lilsencor, biaya, lokasi, jumlah peserta, pelatihan pegawai baru)
• Jaminan/warranties (lisencor akan memberikan jaminan yang sangat terbatas misalnyasyarat jaminan ataskerusakan hanya berlaku 90 hari pertama; lisencee boleh meminta jaminan bahwa paling tidak penemuan berfungsi seperti apa yang digambarkan oleh dokumen; jangka waktu; prosedur pemberitahuan kerusakan; prosedur dan waktu tanggapan untuk perbaikan; perubahan akan menghapus jaminan; dll)
• Pembatasan tanggung jawab lisencor (atas kerusakan tidak langsung; khusus; kecelakaan; atas kehilangan keuntungan, pendapatan, informasi, penggunaan, biaya; atas total kerusakan)
• Hak inspeksi (licensor berhak untuk menginspeksi pekerjaan licensee apakah dilakukan sesuai isi perjanjian)
• Layanan pendukung dan pemeliharaan (ruang lingkup; waktu tanggapan; pembayaran; kenaikan harga; hubungan dengan perjanjian terpisah)
• Tidak mengungkap informasi rahasia ( persetujuan untuk menyimpan informasi rahasia; jangka waktu; lingkup informasi yang dilindungi; pengecualian; perjanjian membuat karyawan bertindak sesuai dengan batasan kerahasiaan)
• Denda atas pelanggaran ( lingkup denda; pemberitahuan kepada licensor tentang klaim tidak adanya pelanggaran; penngawasan oleh licensor)
• Berakhirnya perjanjian (hak licensor untuk mengakhiri; hak licensee untuk mengakhiri; gagal bayar dan sengketa tentang pembayran yang disyaratkan; akibat pengakhiran kontrak; pengembalian barang setelah akhir kontrak; kewajiban licensee berhenti menggunakan barang setelah akhir kontrak; sertifikasi)
• Masalah khusus lain (klausula most favored nation; perlindungan harga; pemasangan; dll)
• Lain-lain ( hukum yang mengatur; yurisdiksi; pengumuman; hubungan antar pihak; penafsiran terhadap isi kontrak; fee pengacara; force majeure; dll)
c. Terhadap paten yang tidak dilaksanakan oleh pemegang hak, pihak ketiga dapat meminta pengadilan menetapkan dirinya sebagai penerima lisensi dalam rangka dapat melaksanakan paten tersebut. Tindakan ini disebut sebagai lisen.
Dalam dunia bisnis sering kali perusahaan melakukan banyak cara agar memenangkan persaingan termasuk dengan cara pelanggaran hak paten. Banyak alasan mengapa sebuah perusahaan melakukan pelanggaran hak paten. Penyebabnya bisa jadi karena perusahan telah menghabiskan banyak dana untuk penelitian dan pengembangan, takut kalah dari persaing, dan lain-lain.
Pelanggaran yang dilakukan pihak Samsung sangatlah tidak baik, mengingat telah berakhirnya kesepakatan antara Samsung dan Ericsson. Hal ini sangat merugikan Ericsson karena Ericsson telah melakukan penelitian dan pengembangan yang memakan banyak biaya serta waktu yang tidak sedikit. Dampaknya bagi Ericsson adalah para investor akan mencabut penanaman modalnya yang mengakibatkan Ericsson akan mengalami kerugian besar.

Bab III
Penutup
Kesimpulan
Saat ini demi memenangkan persaingan banyak perusahaan yang melakukan pelanggaran hak paten. Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggaran hak paten adalah suatu tindakan yang dapat merugikan orang lain. Dari hubungan kemitraan antara Samsung dan Ericsson. Akhirnya berakhir dengan gugatan.



Saran
Sebaiknya jangan hanya karena keuntungan semata kita merugikan orang lain. Agar mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, kita melakukan hal yang dapat merugikan orang lain. Berbisnislah dengan cara yang benar dan sesuai etika bisnis.

Komentar :
Dari kasus diatas dapat diketahui bahwa pentingnya etika bisnis yang dilakukan dalam menjalankan suatu bisnis yang baik agar tidak merugikan perusahaan sendiri maupun orang lain dan dengan adanya etika dalam berbisnis juga dapat membantu kelancaran bisnis dan hubungan kerjasama dengan pihak lain serta perusahaan lain yang terkait kerjasama dengan perusahaan sendiri menjadi labih baik.

Sumber :
1. http://haki2008.wordpress.com/2008/04/29pengantar-hak-paten-oleh-theofransus-litaay-sh-llm/
2. http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/02/tgl/27/time/090814/idnews/547796/idkanal/399 wikipedia.com
3. http://tayaa90.wordpress.com/2010/02/17/contoh-kasus-tentang-bisnis-yang-tidak-beretika-%E2%80%9Clanggar-hak-paten-ericsson-gugat-samsung%E2%80%9D/

Teori Etika

Nama : Octaviani Palantupen
NPM : 10207832
Kelas : 4EA03
Mata Kuliah : Etika Bisnis

Teori Etika

Etika dapat memberikan suatu pegangan dalam menjalani kehidupan didunia ini, karena tindakan manusia pasti memiliki tujuan tertentu dalam hidupnya yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai tersebut baik atau buruk tergantung dari nilai moral tindakan itu sendiri, dimana suatu tindakan yang dilakukan dapat bersifat baik atau buruk tergantung dari diri sendiri. Untuk itu, ada dua teori etika yang dapat diketahui seperti teori etika deontologi dan etika teleologi.
Etika Deontologi, kata deontologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang berarti kewajiban. Untuk itu, etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Dimana suatu tindakan baik bukan dinilai dari apakah tindakan itu sendiri baik atau tidak bagi diri sendiri. Dengan kata lain, tindakan tersebut memiliki nilai moral yang baik karena dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan dan akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi untuk menjadikan tindakan baik atau tidak, yaitu :
• Agar suatu tindakan mempunyai nilai moral, tindakan itu harus dijalankan berdasarkan kewajibannya
• Nilai moral dari tindakan tersebut tergantung dari kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, walaupun tujuannya tidak tercapai namun tindakan tersebut sudah dinilai baik.
• Sebagi konsekuensinya dari kedua prinsip diatas, kewajiban adalah hal yang nyata dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
Teori etika yang kedua adalah Etika Teleologi. Etika teleologi berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan tersebut, dan berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dapat dinilai baik jika memiliki tujuan untuk mencapai sesuatu yang baik juga, atau akibat yang ditimbulkan baik dan berguna. Etika teleologi juga dapat tergantung dengan situasional atau situasi-situasi khusus. Untuk itu, setiap norma dan kewajiban moral tidak dapat berlaku begitu saja dalam setiap situasi. Persoalan dan masalah yang muncul dan berhubungan dengan etika teleologi dinilai dari tujuan atau akibat baik dari suatu tindakan itu sendiri.
Dari kedua teori diatas dapat diketahui bahwa segala tindakan yang akan dilakukan atau sudah dilakukan memiliki tujuan, tujuan yang baik atau buruk yang mempunyai pengaruh tersendiri bagi diri sendiri karena tindakan yang dilakukan memiliki kewajibannya dan sesuai dengan kewajibannya. Tindakan yang dilakukan juga dapat diukur baik dan buruknya dan akibat baik yang ditimbulkan, dimana tujuan yang diharapkan memiliki dampak atau akibat yang baik dan dapat berguna nantinya.


Sumber :
Keraf, Sonny., Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta, Kanisius, setakan ke-9, 1998.

Kamis, 18 November 2010

Etika Bisnis

Nama : Octaviani Palantupen
NPM : 10207832
Kelas : 4EA03
Mata Kuliah : Etika Bisnis

PENGERTIAN ETIKA BISNIS

Dalam dunia bisnis banyak terdapat cara-cara melakukan bisnis yang baik, seperti halnya perusahaan-perusahaan yang sampai sekarang dapat berdiri dan menjalankan aktifitas bisnisnya dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan adanya etika yang digunakan dalam manjalankan bisnisnya, sehingga dapat berjalan dengan baik. Bisnis yang baik adalah bisnis yang dijalankan sesuai dengan etikanya dalam berbisnis, dengan adanya etika tersebut dapat menjadikan bisnis yang menguntungkan.
Banyak hal atau terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis seperti tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan beberapa contoh yang ada dimana para pengusaha tidak melakukan sesuai dengan etika bisnis. Dan hal ini tampaknya bukannya bertambah baik melainkan semakin meningkat.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :

1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelence, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
7. Mampu mengatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah.
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati.
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
Dengan adanya hal diatas, maka dalam menjalankan segala bisnis dapat berjalan sesuai dengan etika bisnis yang berlaku, dan dapat menciptakan dunia bisnis yang sehat dan baik. Dengan memperhatikan etika bisnis yang berlaku, para pegusaha bisnis tidak akan mengancurkan nama mereka sendiri dan juga Negara.

Sumber :
1. http://entrepreneur.gunadarma.ac.id/e-learning/attachments/040_etika%20bisnis%20dan%20kewirausahaan.pdf
2. http://fe.usu.ac.id/files/Etika%20bisnis%20manajemen-ritha8.pdf
3. http://galih-chess.blogspot.com/2010/01/pengertian-etika-bisnis.html
4. Bertens, K., Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta, Kanisius, 2000.