Jumat, 19 Februari 2010

Menikmati Suasana Eropa di Victoria Rabu, 10 Februari 2010 | 14:51 WIB

Nama : Octaviani Palantupen
NPM : 10207832
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2
Materi: Penalaran dan Argumentasi




KOMPAS.com Bola Entertainment Tekno Otomotif Female Properti Forum Kompasiana Images Mobile Kompas Cetak ePaper PasangIklan GramediaShop

Sabtu, 20 Februari 2010 Selamat Datang | Daftar | Masuk
<a href='http://ads.kompas.com/www/delivery/ck.php?n=a8af2123&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads.kompas.com/www/delivery/avw.php?zoneid=144&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a8af2123' border='0' alt='' /></a>
• Home
• Nasional
• Regional
• Internasional
• Megapolitan
• Bisnis & Keuangan
• Kesehatan
• Olahraga
• Sains
• Travel
• Oase
• Edukasi
• English
• Video
• More
o Index Berita
o Suara Pembaca
o Berita Duka
o Seremonia
o DKK
o Archive
o Rss Feed
o Kabar Palmerah
NewsTravel StoryFood StoryJalansutraTravel TipsGaleriDirektoriSurat dari Perancis

Menikmati Suasana Eropa di Victoria
Rabu, 10 Februari 2010 | 14:51 WIB

KOMPAS/RENY SRI AYU TASLIM
Pengunjung menikmati suasana zaman kejayaan tambang emas tahun 1800-an di Sovereign Hill, Ballarat, Melbourne. Bahkan, sebagian pengunjung bisa menggunakan pakaian yang tren di zaman itu.
KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 20.30 saat pesawat Singapore Airlines yang kami tumpangi tiba di Bandar Udara Internasional Melbourne, ibu kota Negara Bagian Victoria, Australia. Udara dingin langsung menyergap saat kami keluar dari bandara menuju tempat parkir. Tony Poletto, Media and Trade Relations Coordinator Tourism Victoria, menyatakan, suhu udara saat itu 7-15 derajat celsius.
Bagi warga Melbourne, suhu ini tidak seberapa dingin, tetapi, bagi kami, rombongan media dari Indonesia, cukup membuat tulang-tulang terasa kaku.
Keesokan harinya, kami memulai perjalanan. Tujuan utama ke Phillip Island, tempat wisata sekaligus pulau konservasi berjarak 1,5-2 jam perjalanan dari Melbourne. Tentu tak lengkap menuju Phillip Island tanpa singgah ke Dandenong Ranges National Park untuk menikmati hutan dan udara sejuk serta atraksi burung kakaktua jambul kuning, beo, nuri, serta beragam burung lain khas daerah itu, seperti corella dan kookaburra. Di situ, kami memberi makan burung dan menikmati sensasi saat burung bertengger di lengan, pundak, bahkan kepala.
Tak jauh dari Dandenong Ranges, pemandangan memukau menanti di Perkebunan Tulip Tesselaar. Hamparan tulip warna-warni bisa dinikmati antara September dan Oktober dalam Festival Tulip Tesselaar yang digelar warga keturunan Belanda yang sudah bermukim turun-temurun di daerah itu.
”Iklim daerah ini yang mirip Eropa, khususnya Belanda, memungkinkan tulip bisa tumbuh. Bahkan, mereka membuat perkebunan tulip yang cukup besar,” kata Jenny Na, Market Development Manager for South Asia Tourism Victoria.
Dalam festival, pengunjung dapat menyaksikan dan berjalan di antara hamparan bunga tulip. Sejumlah lomba dan parade, kincir angin, serta orang-orang berlalu lalang dalam pakaian khas Belanda juga bisa dinikmati di situ.
Belum cukup menikmati Tulip, kami harus melanjutkan perjalanan ke Phillip Island. Kendati harus bergegas, urusan perut tak bisa dikesampingkan. Kami bersantap siang di Cuckoo Restaurant, restoran bergaya Eropa dengan sajian beragam makanan prasmanan. Kendati bergaya Eropa, interior restoran dihiasi bendera-bendera kecil dari negara seluruh dunia.
Wisata dan konservasi
Puas bersantap siang, perjalanan dilanjutkan. Setiba di Phillip Island, kami langsung menuju kapal motor yang akan membawa kami menikmati pemandangan sekitar pulau sembari menuju ke sebuah pulau yang sebagian besar terdiri dari batu tempat sekitar 12.000 anjing laut berada.
”Tempat ini merupakan lokasi dengan koloni anjing laut terbesar di Victoria. Iklim di sekitar pulau ini yang dingin, termasuk kondisi air laut, memungkinkan mereka hidup dan berkembang biak,” kata Toni.
Hari menjelang petang, namun suhu 7 derajat celsius yang kian menusuk, disertai rasa pusing pasca-terombang ambing ombak di laut, tak membuat perjalanan hari itu berakhir. Satu parade yang paling ditunggu baru akan dimulai, yakni The Phillip Island Penguin Parade, yaitu saat ratusan penguin yang berpasangan naik ke pesisir, mencari tempat di antara semak dan tumbuhan pantai bersama pasangannya, menunggu pagi untuk kemudian kembali ke laut.
Kami dan pengunjung lain duduk di tribune terbuka di pinggir pantai. Pengelola sudah menyiapkan selimut yang bisa disewa untuk membungkus badan sembari duduk menunggu aksi penguin.
Keheningan pecah saat ratusan penguin mulai berdatangan dan memperdengarkan suara untuk memanggil pasangannya. Seperti itik, mereka berjalan beriring ke tempat masing-masing.
Menurut data Tourism Victoria, The Phillip Island Penguin Parade masuk tiga besar di Australia untuk kategori wisata alam. Tempat ini dikunjungi lebih dari 500.000 pengunjung setiap tahun.
Di antara banyak tempat kunjungan di Victoria, Phillip Island boleh dikata jadi salah satu ikon. Di tempat ini, kehidupan alami berbagai fauna bisa dilihat langsung dan lebih dekat. Selain anjing laut dan penguin, ada pula pusat konservasi koala. Tempat ini dibuat seperti habitat asli koala untuk melindungi populasi binatang langka ini. Untuk memudahkan pengunjung melihat koala, dibuat semacam jembatan dari kayu di antara pepohonan. (Reny Sri Ayu Taslim)
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Editor: made | Sumber : Kompas Cetak Dibaca : 895
Sent from Indosat BlackBerry powered by
Font: A A A








Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda


Kirim Komentar Anda
Silakan login untuk kirim komentar Anda.
Komentar

Kirim Batal
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA.
<a href='http://ads.kompas.com/www/delivery/ck.php?n=ae305677&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads.kompas.com/www/delivery/avw.php?zoneid=117&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=ae305677' border='0' alt='' /></a>
<a href='http://ads.kompas.com/www/delivery/ck.php?n=a1c4d6ef&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads.kompas.com/www/delivery/avw.php?zoneid=118&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a1c4d6ef' border='0' alt='' /></a>
<a href='http://ads.kompas.com/www/delivery/ck.php?n=a1c4d6ef&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads.kompas.com/www/delivery/avw.php?zoneid=180&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a1c4d6ef' border='0' alt='' /></a>
Terpopuler
• Alamak, Tifatul Bahkan Belum Tahu Isi...
• Penipu Ulung "Selly...
• Jangan Sekali-sekali Meremehkan Petai!
• 5 Tanda Anda Sudah Cukup Makan Sayur
• PKS Minta SBY Siapkan Dua Pengganti...
• Kebelet Punya Anak, Helmy-Febri...
Terkomentari
Terekomendasi
Kabar Palmerah
Rubrik: Nasional Regional Internasional Megapolitan Bisnis & Keuangan Kesehatan Olahraga Sains Travel Oase Edukasi
Situs: KOMPAS.com Bola Entertainment Tekno Otomotif Female Properti Forum Kompasiana Images Mobile Kompas Cetak ePaper PasangIklan GramediaShop

About Kompas.com | Info iklan | Privacy policy | Terms of use | Karir | Contact Us | Kompas Accelerator For IE 8
© 2008 - 2009 KOMPAS.com — All rights reserved




Sumber :
www.kompas.com

Note :
- Kalimat yang bercetak tebal merupakan kalimat argumentasi, karena kalimat tersebut dapat mempengaruhi pendapat seseorang dan belum ada fakta yang memperjelasnya.
- Kalimat yang bercetak miring dan tebal merupakan kalimat penalaran, karena ada fakta dan kejelasan dalam kaimat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar